Assallamu'allaikum.Wr.Wb. Pada siang menjelang sore ini aku mengajak semua teman temanku diRaja Singa untuk sedikit berbasa basi...
Assallamu'allaikum.Wr.Wb.
Pada siang menjelang sore ini aku mengajak semua teman temanku diRaja Singa untuk sedikit berbasa basi, mungkin dan ceritaku ini ada hikmah juga solusi gimana tuk menyingkapinya. aku akan bertanya ma Teman-Temanku diRaja singa,Pernahkah Allah tersenyum, atau melucu? Dalam kitab Al-Qur’an sendiri tak ada penjelasan Bahwa Allah tersenyum kepada para nabinya atau hambanya yang berbuat baik. Tapi kalau kitab atau kisah yang menggambarkan bahwa Allah tersenyum Kepada hambanya bahkan Nabi Muhammad pernah tersenyum menahan tawanya ketika menceritakan percakapan Allah dengan hambanya yang terakhir masuk surga. Mungkin lain kali akan saya buat catatan kisah percakapan Allah dengan hambanya yang terakhir masuk surga sehingga Rosulpun menahan tawanya karena kisah ini.
Suatu saat aku dengar ada seorang ustadz yang dikritik oleh ustadz lainya Soalnya,dalam ceramah agamanya ia melucu. Tapi Ustadz ini punya alasan sahih.Ia, konon, sering mengamati sekitar. Di kampungnya, banyak
anak muda tak tertarik pada ceramah agama.
"Mengapa?" tanya Ustadz.
"Karena isinya cuma sejumlah ancaman neraka."
makanya kita memberi tauziah kepada generasi muda tentang agama dengan gaya sedikit melucu agar mereka tak bosan tentang gambaran siksa neraka yang itu itu saja. Tapi kita memberi warna yang segar agar mereka tetap bias mempelajari agama juga menghilangkan kebosanan kepada setiap jamaah yang hadir.dan inssaAllah para remajapun atau jemaah yang hadir akan hadir dan menyimak dengan baik.
Saya suka sufisme. Di sana Tuhan dilukiskan serba ramah. Dan
bukannya marah melulu macam gambaran kita. A'u dibaca angu,
tidak bisa. Dzubi jadi dubi, tidak boleh. Khotbah lucu,
jangan. Lho??”
Bukankah alam ini pun "khotbah" Tuhan? Langit
selebar itu tanpa tiang, bulan bergayut tanpa cantelan dan
aman, apa bukan "khotbah" maha jenaka? Apa salahnya humor
dalam agama?
Dalam kisah sufi ada disebut cerita seorang gaek penyembah patung. Ia menyembah tanpa pamrih. Tapi di usia ke-70 ia punya kebutuhan penting. Doa pun diajukan. Sayang, patung itu cuma diam. Kakek kecewa. Ia
minta pada Allah. Dan ajaib: dikabulkan.
Bukan urusan dia bila masalah kemudian timbul, sebab
Allah-lah, bukan dia, yang mengakibatkan para malaikat protes dan berkata:”
"Mengapa ya, Allah, Kaukabulkan doa si kakek? Lupakah Kau ia
penyembah patung? Bukankah ia kafir yang nyata?"
Allah senyum. "Betul," jawabnya, "Tapi kalau bukan Aku,
siapa akan mengabulkan doanya? Kalau Aku pun diam, lalu apa
bedanya Aku dengan patung?"
Semoga catatan kecil ini memberi sedikit warna pula buat teman temanku diRaja Singa, adakalanya kita tegas ketika membahas tentang agama dan adakalanya kita menyikampinya dengan mengajak semua tersenyum. Agar apa yang kita sampaikan tak menimbulkan kebosanan tersendiri bagi orang yang sedang mempelajari tentang agama islam. inssaAllah..
Wassallam..”
Pada siang menjelang sore ini aku mengajak semua teman temanku diRaja Singa untuk sedikit berbasa basi, mungkin dan ceritaku ini ada hikmah juga solusi gimana tuk menyingkapinya. aku akan bertanya ma Teman-Temanku diRaja singa,Pernahkah Allah tersenyum, atau melucu? Dalam kitab Al-Qur’an sendiri tak ada penjelasan Bahwa Allah tersenyum kepada para nabinya atau hambanya yang berbuat baik. Tapi kalau kitab atau kisah yang menggambarkan bahwa Allah tersenyum Kepada hambanya bahkan Nabi Muhammad pernah tersenyum menahan tawanya ketika menceritakan percakapan Allah dengan hambanya yang terakhir masuk surga. Mungkin lain kali akan saya buat catatan kisah percakapan Allah dengan hambanya yang terakhir masuk surga sehingga Rosulpun menahan tawanya karena kisah ini.
Suatu saat aku dengar ada seorang ustadz yang dikritik oleh ustadz lainya Soalnya,dalam ceramah agamanya ia melucu. Tapi Ustadz ini punya alasan sahih.Ia, konon, sering mengamati sekitar. Di kampungnya, banyak
anak muda tak tertarik pada ceramah agama.
"Mengapa?" tanya Ustadz.
"Karena isinya cuma sejumlah ancaman neraka."
makanya kita memberi tauziah kepada generasi muda tentang agama dengan gaya sedikit melucu agar mereka tak bosan tentang gambaran siksa neraka yang itu itu saja. Tapi kita memberi warna yang segar agar mereka tetap bias mempelajari agama juga menghilangkan kebosanan kepada setiap jamaah yang hadir.dan inssaAllah para remajapun atau jemaah yang hadir akan hadir dan menyimak dengan baik.
Saya suka sufisme. Di sana Tuhan dilukiskan serba ramah. Dan
bukannya marah melulu macam gambaran kita. A'u dibaca angu,
tidak bisa. Dzubi jadi dubi, tidak boleh. Khotbah lucu,
jangan. Lho??”
Bukankah alam ini pun "khotbah" Tuhan? Langit
selebar itu tanpa tiang, bulan bergayut tanpa cantelan dan
aman, apa bukan "khotbah" maha jenaka? Apa salahnya humor
dalam agama?
Dalam kisah sufi ada disebut cerita seorang gaek penyembah patung. Ia menyembah tanpa pamrih. Tapi di usia ke-70 ia punya kebutuhan penting. Doa pun diajukan. Sayang, patung itu cuma diam. Kakek kecewa. Ia
minta pada Allah. Dan ajaib: dikabulkan.
Bukan urusan dia bila masalah kemudian timbul, sebab
Allah-lah, bukan dia, yang mengakibatkan para malaikat protes dan berkata:”
"Mengapa ya, Allah, Kaukabulkan doa si kakek? Lupakah Kau ia
penyembah patung? Bukankah ia kafir yang nyata?"
Allah senyum. "Betul," jawabnya, "Tapi kalau bukan Aku,
siapa akan mengabulkan doanya? Kalau Aku pun diam, lalu apa
bedanya Aku dengan patung?"
Semoga catatan kecil ini memberi sedikit warna pula buat teman temanku diRaja Singa, adakalanya kita tegas ketika membahas tentang agama dan adakalanya kita menyikampinya dengan mengajak semua tersenyum. Agar apa yang kita sampaikan tak menimbulkan kebosanan tersendiri bagi orang yang sedang mempelajari tentang agama islam. inssaAllah..
Wassallam..”
COMMENTS