Syahadat Saridin

Assallamu'allaikum.Wr.Wb. Pertama-tama mari kita panjatkan puja dan puji syukur kita kepada Allah SWT,yang telah memberikan nikma...


Assallamu'allaikum.Wr.Wb.
Pertama-tama mari kita panjatkan puja dan puji syukur kita kepada Allah SWT,yang telah memberikan nikmat sehat sehingga kita masih diberi kesempatan tuk berbagi kisah dan cerita diraja singa,tak lupa sholawat dan salam kita tujukan untuk pemimpin dan junjungan kita Nabi Muhammad Rosullullah,yang selalu tak henti hentinya memikirkan kita sebagi umatnya yang dicintainya sampai ajal menjemput beliau, agar kita menjadi umatnya yang selamat didunia dan akhirat. dan tak lupa ku ucapkan met pagi menjelang siang buat sodara sodaraku diraja singa,masih seperti biasa disini aku tak bosan bosanya berbagi cerita ataupun kisah buat kalian,,semoga kalianpun tak merasa bosan dan kesal denganku yang sering ditag gambar gambar dari raja singa,yang mungkin cuma bisa memenuhi dinding aja,semoga kalian selalu diberi petunjuk oleh Allah disetaip saat dan setiap waktu,"amiin'

cerita kali ini masih dari cerita yang pernah disampaikan oleh sodara kita Emha ainun nadjib,dan saya tuangkan kembali dalam bentuk catatan diRaja Singa,semoga ada manfaat dan hikmah yang bisa diambil dari cerita ini.

Pada waktu itu Sunan Kudus mengumpulakn santri santrinya untuk menjalani sebuah tes tentang arti sebuah sahadat,dan dari sekian santrinya tiba giliran Saridin,dan Sunan kudus mempersilahkan Saridin maju dan mempersiapkan diri.

Waktu yang diminta oleh Saridin untuk mempersiapkan diri telah dipenuhi. Dan kini ia harus membuktikan diri. Semua santri, tentu saja juga Sunan Kudus, berkumpul di halaman masjid.

Dalam hati para santri sebenarnya Saridin setengah diremehkan. Tapi setengah yang lain memendam kekhawatiran dan rasa penasaran jangan-jangan Saridin ternyata memang hebat.

Sebenarnya soalnya di sekitar suara, kefasihan dan kemampuan berlagu. Kaum santri berlomba-lomba melaksanakan anjuran Allah, Zayyinul Qur'an ana biashwatikum - hiasilah Qur'an dengan suaramu.

Membaca syahadat pun mesti seindah mungkin.

Di pesantren Sunan Kudus, hal ini termasuk diprioritaskan. Soalnya, ini manusia Jawa Tengah: lidah mereka Jawa medhok dan susah dibongkar. Kalau orang Jawa Timur lebih luwes. Terutama orang Madura atau Bugis, kalau menyesuaikan diri dengan lafal Qur'an, lidah mereka lincah banget.

Lha, siapa tahu Saridin ini malah melagukan syahadat dengan laras slendro atau pelog Jawa.

Tapi semuanya kemudian ternyata berlangsung di luar dugaan semua yang hadir. Tentu saja kecuali Sunan Kudus, yang menyaksikan semua kejadian dengan senyum-senyum ditahan.

Ketika tiba saatnya Saridin harus menjalani tes baca syahadat, ia berdiri tegap. Berkonsentrasi. Tangannya bersedekap di depan dada. Matanya menatap ke depan. Ia menarik napas sangat panjang beberapa kali. Bibirnya umik-umik [komat-kamit] entah membaca aji-aji apa, atau itu mungkin latihan terakhir baca syahadat.

Kemudian semua santri terhenyak. Saridin melepas kedua tangannya. Mendadak ia berlari kencang. Menuju salah satu pohon kelapa, dan ia pilih yang paling tinggi. Ia meloncat. Memanjat ke atas dengan cepat, dengan kedua tangan dan kedua kakinya, tanpa perut atau dadanya menyentuh batang kelapa.

Para santri masih terkesima sampai ketika akhirnya Saridin tiba di bawah blarak-blarak [daun kelapa kering] di puncak batang kelapa. Ia menyibak lebih naik lagi. Melewati gerumbulan bebuahan. Ia terus naik dan menginjakkan kaki di tempat teratas. Kemudian tak disangka-sangka Saridin berteriak dan melompat tinggi melampaui pucuk kelapa, kemudian badannya terjatuh sangat cepat ke bumi.

Semua yang hadir berteriak. Banyak di antara mereka yang memalingkan muka, atau setidaknya menutupi wajah mereka dengan kedua telapak tangan.

Badan Saridin menimpa bumi. Ia terkapar. Tapi anehnya tidak ada bunyi gemuruduk sebagaimana seharusnya benda padat sebesar itu menimpa tanah. Sebagian santri spontan berlari menghampiri badan Saridin yang tergeletak. Mencoba menolongnya. Tapi ternyata itu tidak perlu.

Saridin membuka matanya. Wajahnya tetap kosong seperti tidak ada apa-apa. Dan akhirnya ia bangkit berdiri. Berjalan pelan-pelan ke arah Sunan Kudus. Membungkuk di hadapan beliau. Takzim dan mengucapkan, sami'na wa atha'na -aku telah mendengarkan, dan aku telah mematuhi.

Gemparlah seluruh pesantren. Bahkan para penduduk di sekitar datang berduyun-duyun. Berkumpul dalam ketidakmengertian dan kekaguman. Mereka saling bertanya dan bergumam satu sama lain, namun tidak menghasilkan pengertian apa pun.

Akhirnya Sunan Kudus masuk masjid dan mengumpulkan seluruh santri, termasuk para penduduk yang datang, untuk berkumpul. Saridin didudukkan di sisi Sunan. Saridin tidak menunjukkan gelagat apa-apa. Ia datar-datar saja.

"Apakah sukar bagi kalian memahami hal ini?" Sunan Kudus membuka pembicaraan sambil tetap tersenyum. "Saridin telah bersyahadat. Ia bukan membaca syahadat, melainkan bersyahadat. Kalau membaca syahadat, bisa dilakukan oleh bayi umur satu setengah tahun. Tapi bersyahadat hanya bisa dilakukan oleh manusia dewasa yang matang dan siap menjadi pejuang dari nilai-nilai yang diikrarkannya."

Para santri mulai sedikit ngeh, tapi belum sadar benar.

"Membaca syahadat adalah mengatur dan mengendalikan lidah untuk mengeluarkan suara dan sejumlah kata-kata. Bersyahadat adalah keberanian membuktikan bahwa ia benar-benar meyakini apa yang disyahadatkannya. Dan Saridin memilih satu jenis keberanian untuk mati demi menunjukkan keyakinannya, yaitu menjatuhkan diri dari puncak pohon kelapa."

Di hadapan para santri, Sunan Kudus kemudian mewawancarai Saridin: "Katamu tidak takut badanmu hancur, sakit parah atau mati karena perbuatanmu itu?"

"Takut sekali, Sunan."

"Kenapa kamu melakukannya?"

"Karena syahadat adalah mempersembahkan seluruh diri dan hidupku."

"Kamu tidak menggunakan otakmu bahwa dengan menjatuhkan diri dari puncak pohon kelapa itu kamu bisa cacat atau meninggal?"

"Aku tahu persis itu, Sunan."

"Kenapa kau langgar akal sehatmu?"

"Karena aku patuh kepada akal sehat yang lebih tinggi. Yakni bahwa aku mati atau tetap hidup itu semata-mata karena Allah menghendaki demikian, bukan karena aku jatuh dari pohon kelapa atau karena aku sedang tidur. Kalau Allah menghendaki aku mati, sekarang ini pun tanpa sebab apa-apa yang nalar, aku bisa mendadak mati."

"Bagaimana kalau sekarang aku beri kau minum jamu air gamping yang panas dan membakar tenggorakan dan perutmu?"

"Aku akan meminumnya demi kepatuhanku kepada guru yang aku percaya. Tapi kalau kemudian aku mati, itu bukan karena air gamping, melainkan karena Allah memang menghendaki aku mati."

Sunan Kudus melanjutkan: "Bagaimana kalau aku mengatakan bahwa tindakan yang kau pilih itu memang tidak membahayakan dirimu, insya Allah, tetapi bisa membahayakan orang lain?"

"Maksud Sunan?"

"Bagaimana kalau karena kagum kepadamu lantas kelak banyak santri menirumu dengan melakukan tarekat terjun bebas semacam yang kau lakukan?"

"Kalau itu terjadi, yang membahayakan bukanlah aku, Sunan, melainkan kebodohan para peniru itu sendiri," jawab Saridin, "Setiap manusia memiliki latar belakang, sejarah, kondisi, situasi, irama dan metabolismenya sendiri-sendiri. Maka Tuhan melarang taqlid, peniruan yang buta. Setiap orang harus mandiri untuk memperhitungkan kalkulasi antara kondisi badannya dengan mentalnya, dengan keyaknannya, dengan tempat ia berpijak, serta dengan berbagai kemungkinan sunatullah atau hukum alam permanen. Kadal jangan meniru kodok, gajah jangan memperkembangkan diri seperti ular, dan ikan tak usah ikut balapan kuda."

"Orang memang tak akan menyebutmu kadal, kuda, atau kodok, melainkan bunglon. Apa katamu?"

"Kalau syarat untuk terhindar dari mati atau kelaparan bagi mereka adalah dengan menyebutku bunglon, aku mengikhlaskannya. Bahkan kalau Allah memang memerintahkanku agar menjadi bunglon, aku rela. Sebab diriku bukanlah bunglon, diriku adalah kepatuhanku kepada-Nya."

Semogga cerita yang dituangkan kembali diRaja singa bisa menambah perbendaharaan ilmu,walau ilmu yang didapat tidak seberapa tapi semoga ada manfaatnya,dan apa bila dalam penyampaian cerita da kesalahan saya pribadi meminta maaf sebesar besarnya. Wassallam,,"

COMMENTS

Name

Al-Quran dan Sains,5,Cerita Islami,21,Hikmah,4,Hikmah & Renungan,8,Hikmah dan Renungan,6,Info Terkini,15,Kisah Nabi dan Rosul,8,Kisah Sufi,10,Peradaban Islam,1,Popular Post,12,Renungan,2,Slider,13,
ltr
item
ISLAM INFO MEDIA: Syahadat Saridin
Syahadat Saridin
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMI5WXQNkv7ziK4D1oK15ADy8h2CjizGEeQt_B4-xV6rp9jRXXeuq0tMzCR_-mFOKpVlP0J9ZsXbad69RRHaS1F6U5OAZc_0u37iDZCcSwEjpmf2NiwJtyO-tfBl5OzAUDx_lmsWNoynQ/s640/534523_396801293682823_984138824_n.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMI5WXQNkv7ziK4D1oK15ADy8h2CjizGEeQt_B4-xV6rp9jRXXeuq0tMzCR_-mFOKpVlP0J9ZsXbad69RRHaS1F6U5OAZc_0u37iDZCcSwEjpmf2NiwJtyO-tfBl5OzAUDx_lmsWNoynQ/s72-c/534523_396801293682823_984138824_n.jpg
ISLAM INFO MEDIA
http://islaminfomedia.blogspot.com/2017/11/syahadat-saridin.html
http://islaminfomedia.blogspot.com/
http://islaminfomedia.blogspot.com/
http://islaminfomedia.blogspot.com/2017/11/syahadat-saridin.html
true
8773956923434247046
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy